Review Buku Bicara Itu Ada Seninya Karya Oh Su Hyang: Belajar Cara Komunikasi Biar Lebih Efektif dan Menyenangkan
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Baik di lingkungan kerja, keluarga, maupun pergaulan, kemampuan berbicara dengan baik bisa membuka banyak kesempatan dan membangun hubungan yang sehat.
Salah satu buku pengembangan diri yang membahas soal seni berbicara dengan cara
sederhana namun aplikatif adalah Bicara Itu Ada Seninya karya Oh Su Hyang,
seorang pakar komunikasi asal Korea Selatan.
Buku ini menawarkan berbagai kiat praktis tentang cara berkomunikasi yang efektif dan sopan serta mampu menyentuh hati orang lain yang menjadi lawan dalam berkomunikasi.
Melalui ulasan ini, kita akan membahas isi
buku, keunggulan, kekurangan, serta alasan mengapa buku ini layak untuk Anda
baca. Tapi sebelum lanjut, mari berkenalan dulu dengan penulisnya.
Siapa Oh Su Hyang?
Oh Su Hyang merupakan seorang ahli komunikasi sekaligus pembicara profesional di Korea Selatan. Ia dikenal aktif memberikan pelatihan komunikasi di berbagai perusahaan besar, lembaga pendidikan, hingga instansi pemerintah.
Berbekal pengalaman lebih dari 20 tahun di dunia komunikasi, Oh Su
Hyang berhasil merangkum berbagai metode berbicara yang efektif dan
menyenangkan dalam buku ini.
Sinopsis Buku Bicara Itu Ada Seninya
Buku Bicara Itu Ada Seninya terdiri dari beberapa bab yang
membahas berbagai situasi komunikasi yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Buku ini tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga memberikan
contoh kasus, tips, dan strategi agar pembaca bisa langsung mempraktikkannya.
Secara garis besar, buku ini membahas:
- Bagaimana cara menyapa dan memulai percakapan dengan baik.
- Seni mendengarkan yang benar.
- Cara mengutarakan pendapat tanpa menyinggung orang lain.
- Teknik menyampaikan kritik yang bijak.
- Strategi menghadapi orang yang sulit.
- Tips berbicara di depan umum dengan percaya diri.
Ditulis dengan gaya bahasa yang ringan, buku ini cocok
dibaca oleh siapa saja, dari kalangan profesional hingga pelajar, yang ingin
memperbaiki kemampuan komunikasi.
Review Isi Buku
1. Pembukaan (Awal) yang Menarik
Pada bagian awal buku, Oh Su Hyang menyadarkan pembaca bahwa
berbicara bukan sekadar menyampaikan kata-kata, tetapi juga seni yang
membutuhkan teknik. Ia menjelaskan bahwa banyak konflik dalam hubungan kerja,
pertemanan, maupun keluarga terjadi karena komunikasi yang buruk.
Oh Su Hyang sebagai penulis, lewat buku ini ingin menekankan
pentingnya memahami lawan bicara dan menyesuaikan gaya berbicara tidak hanya
dengan lawan bicara tapi dengan situasi saat berbicaranya juga. Kedua hal ini
menjadi landasan penting sebelum pembaca diajak mempelajari berbagai teknik
komunikasi di bab-bab berikutnya.
2. Beragam Tips Praktis yang Mudah Dipahami
Salah satu keunggulan buku ini adalah isinya yang cukup
praktis. Hampir tiap bab dilengkapi dengan contoh situasi nyata yang sering dialami
sehari-hari. Misalnya, bagaimana cara merespons ketika seseorang marah, cara
menolak ajakan tanpa membuat orang lain tersinggung, hingga teknik berbicara di
depan umum dengan rasa percaya diri yang pas, tidak kurang tidak pula
berlebihan.
Contohnya, saat menghadapi orang yang suka memotong
pembicaraan, Oh Su Hyang menyarankan untuk tetap tenang, memberikan jeda, lalu
menyampaikan kalimat penegasan seperti “Maaf, boleh saya lanjutkan dulu?”.
Kalimat sederhana ini bisa menjadi solusi praktis tanpa harus membuat suasana
menjadi tegang.
3. Membahas Berbagai Situasi Komunikasi
Tidak hanya fokus pada percakapan formal, buku ini juga
membahas komunikasi dalam hubungan keluarga, persahabatan, hingga lingkungan
kerja. Oh Su Hyang menjelaskan bahwa cara berbicara kepada atasan tentu berbeda
dengan berbicara kepada teman atau pasangan.
Melalui penjelasan ini, saya sebagai pembaca seperti diajak
untuk lebih peka terhadap situasi dan kondisi lawan bicara. Hal ini sangat
membantu (dalam membangun dan meningkatkan) agar hubungan bisa jadi lebih baik
dan tentu saja mengurangi potensi konflik akibat kesalahpahaman.
4. Seni Mendengarkan yang Sering Terabaikan
Selain seni berbicara, buku ini juga mengingatkan pentingnya seni
mendengarkan (hal sepele tapi banyak orang sulit melakukannya). Menurut Oh Su
Hyang banyak orang terlalu fokus menyusun kalimat yang akan diucapkan tanpa
benar-benar mendengarkan lawan bicaranya.
Disini Oh Su Hyang memberikan beberapa tips agar bisa
menjadi pendengar yang baik, seperti mengangguk saat lawan bicara bercerita,
memberikan respons yang sesuai dan tidak berlebihan serta menghindari sebisa
mungkin menyela saat orang lain sedang berbicara.
Menurut saya, pembahasan tentang ini jadi point plus
karena seni mendengarkan sering kali diabaikan, baru beberapa tahun belakangan
mendapatkan perhatian.
Kelebihan Buku Bicara Itu Ada Seninya
- Bahasa yang ringan dan mudah dipahami.
- Buku ini ditulis dengan gaya bahasa santai tanpa istilah komunikasi yang rumit.
- Terdapat cukup banyak contoh kasus nyata yang saya rasa bisa membantu pembaca seperti saya memahami situasi yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari.
- Tips bisa langsung bisa dipraktikkan.
- Setiap bab dilengkapi dengan strategi praktis yang mudah diterapkan.
- Rasanya cukup cocok untuk berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, profesional, hingga ibu rumah tangga bisa mengambil manfaat dari buku ini.
Kekurangan Buku Bicara Itu Ada Seninya
Meskipun isinya sangat aplikatif, ada beberapa bagian yang
terasa cukup repetitif, terutama pada bab-bab akhir. Beberapa tips yang
disampaikan sebenarnya sudah muncul di bab sebelumnya, hanya dikemas dalam
konteks yang sedikit berbeda.
Selain itu, buku ini lebih fokus pada komunikasi
interpersonal dan kurang membahas komunikasi digital yang saat ini juga menjadi
bagian penting dalam kehidupan modern. Buat saya, ini bisa dimaklumi mengingat
tahun terbit buku ini pada 2016.
Selain itu beberapa contoh kasus yang diberikan sangat terkait dengan budaya Korea, yang mungkin kurang relevan bagi pembaca dari latar belakang budaya lain. Meski ada beberapa contoh orang Amerika seperti Oprah Winfrey atau Steve Jobs.
Terakhir, mengingat buku ini adalah hasil terjemahan, bagi saya, pengalaman membacanya terasa agak berbeda dibandingkan jika membaca buku dalam bahasa asli yang saya kuasai (bahasa Indonesia).
Proses alih bahasa atau transfer makna dari bahasa asal ke bahasa terjemahan di beberapa bagian terasa tidak sepenuhnya lancar atau natural atau apalah saya bingung juga membahasakannya, yang pada akhirnya memengaruhi kenyamanan atau pemahaman saya secara utuh saat membaca.
Kenapa Kamu Harus Membaca Buku Ini?
Di era digital seperti sekarang, kemampuan berkomunikasi dengan baik justru semakin dibutuhkan. Meskipun teknologi memudahkan orang untuk berinteraksi, sering kali terjadi salah paham karena kurangnya keterampilan berbicara yang efektif.
Buku Bicara Itu Ada Seninya mengajarkan bahwa berbicara bukan sekadar berbagi informasi, tetapi juga seni menyentuh hati, memahami perasaan lawan bicara, dan membangun hubungan yang harmonis.
Jika Anda sering
merasa canggung saat berbicara, bingung merespons kritik, atau ingin tampil
percaya diri saat presentasi, buku ini sangat direkomendasikan.
Secara keseluruhan, Bicara Itu Ada Seninya karya Oh Su Hyang adalah buku pengembangan diri yang layak Anda baca.
Dengan gaya penyampaian
yang ringan, contoh kasus yang relatable, dan tips yang mudah diterapkan, buku
ini bisa menjadi panduan bagi siapa saja yang ingin memperbaiki kemampuan
komunikasi interpersonal.
Meskipun ada beberapa bagian yang terkesan berulang, namun secara isi buku ini tetap relevan dan aplikatif. Sangat cocok dibaca oleh pemula maupun mereka yang ingin memperdalam seni berbicara.
BACA JUGA: BENARKAH KOPI AMERICANO BISA TURUNKAN BERAT BADAN?
BACA JUGA: MEDAN ISTIMEWA TAPI TIDAK PENGGUNA JALANNYA
BACA JUGA: PENULIS INDONESIA LAHIR BULAN NOVEMBER
Posting Komentar