Review Buku Man’s Search for Meaning Karya Viktor E. Frankl
Man’s
Search for Meaning karya Viktor E. Frankl adalah salah satu buku psikologi
paling berpengaruh sepanjang masa.
Hingga kini, buku ini telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa dan terjual lebih dari 16 juta kopi di seluruh dunia, menjadikannya salah satu karya psikologi eksistensial paling berpengaruh hingga kini.
Man’s Search for Meaning bukan sekedar buku
yang berbicara tentang apa itu penderitaan, tetapi juga bagaimana
seseorang bisa menemukan makna di balik rasa sakit dari penderitaan itu maupun pengalaman hidup yang
paling kelam sekalipun.
Buku
ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Frankl sebagai penyintas kamp
konsentrasi Nazi selama Perang Dunia II. Lewat kisahnya, Frankl
memperkenalkan teori logoterapi, sebuah pendekatan psikoterapi yang berfokus
pada pencarian makna hidup sebagai kekuatan utama manusia.
Melalui
ulasan ini, kita akan membahas isi buku, keunggulan, kekurangan, serta alasan
mengapa buku ini layak untuk kamu baca. Tapi sebelum lanjut, mari berkenalan
dulu dengan penulisnya.
Sekilas Tentang Viktor E. Frankl
Viktor Emil Frankl adalah seorang psikiater dan neurolog asal Austria yang lahir pada 26 Maret 1905 di Wina. Frankl dikenal sebagai pendiri Logoterapi, sebuah aliran psikoterapi yang menekankan pentingnya menemukan makna dalam hidup, bahkan di tengah penderitaan.
Sebagai seorang Yahudi, Frankl pernah menjadi tahanan di beberapa kamp konsentrasi Nazi selama Perang Dunia II, termasuk Auschwitz, salah satu kamp paling brutal dalam sejarah. Pengalaman hidupnya selama di kamp konsentrasi inilah yang menjadi dasar buku Man’s Search for Meaning yang sedang kita ulas sekarang.
Sinopsis Isi Buku Man’s Search for Meaning
Buku
ini terbagi menjadi dua bagian utama:
Bagian 1: Pengalaman di Kamp Konsentrasi
Di
bagian ini, Frankl menuturkan secara jujur dan lugas tentang kehidupan
sehari-hari di kamp konsentrasi. Ia menjelaskan bagaimana para tahanan
kehilangan identitas, martabat, bahkan harapan. Namun, Frankl juga menunjukkan
bahwa beberapa orang masih mampu bertahan, bukan karena kondisi fisik,
melainkan karena adanya makna hidup yang mereka pegang teguh.
Frankl
menceritakan bagaimana ia bertahan dengan "memegang" bayangan wajah istrinya
dalam benak, serta keyakinannya untuk bisa kembali melanjutkan pekerjaannya
sebagai psikiater demi menyebarkan gagasan logoterapi.
Salah
satu kutipan terkenal dari bagian ini:
"Those
Who Have A 'Why' To Live, Can Bear With Almost Any 'How'."
Artinya, siapa pun yang memiliki alasan untuk hidup, bisa menghadapi situasi seberat apa pun.
Buku ini juga memuat beberapa kisah nyata pasien Frankl yang berhasil bangkit
setelah menemukan makna hidupnya masing-masing. Kisah-kisah tersebut secara
tidak langsung menjadi bukti bahwa prinsip logoterapi bisa diterapkan dalam
berbagai situasi.
Bagian 2: Pengantar Logoterapi
Setelah
bagian autobiografi, Frankl menjelaskan prinsip dasar logoterapi. Ia menyatakan
bahwa dorongan utama manusia bukanlah mencari kesenangan (pleasure) seperti
dalam teori Freud, atau kekuasaan seperti menurut Adler, melainkan mencari
makna dalam hidupnya.
Frankl
juga menjelaskan bahwa makna hidup setiap orang itu unik dan berbeda,
tergantung situasi serta konteks kehidupannya. Bahkan dalam penderitaan
sekalipun, manusia tetap punya kebebasan untuk menentukan responsnya.
Frankl
percaya bahwa bahkan dalam penderitaan yang tak bisa dihindari, manusia tetap
bisa memilih untuk memaknainya secara positif alias menghadapi penderitaan
dengan martabat
Lewat
buku ini, Frankl memperkenalkan logoterapi sebagai terapi yang fokus membantu
pasien menemukan makna hidup. Menurutnya, banyak gangguan mental muncul karena
kekosongan eksistensial, yakni perasaan hidup tidak berarti.
Kenapa Man’s Search for Meaning Wajib Dibaca?
1.
Menyentuh Aspek Emosional dan Rasional
Buku
ini bukan sekadar teori psikologi yang kaku. Pengalaman pribadi Frankl
menghadirkan kisah yang emosional sekaligus reflektif. Pembaca diajak menyelami
sisi terdalam kemanusiaan dalam kondisi paling ekstrem.
2.
Relevan Sepanjang Zaman
Meski
ditulis lebih dari 70 tahun lalu, pesan dalam buku ini tetap relevan di era
modern. Banyak orang saat ini menghadapi krisis makna, stres, hingga burnout.
Buku ini menjadi pengingat bahwa makna hidup bukan soal keadaan ideal, tapi
soal bagaimana kita memberi arti pada situasi yang kita hadapi.
3.
Inspiratif
Frankl
tidak menawarkan resep instan kebahagiaan. Ia justru mengajak kita sebagai pembaca untuk
berani menghadapi ketakutan dan penderitaan, lalu menemukan makna di baliknya.
Sikap ini bisa membantu siapa pun melewati masa-masa sulit.
4.
Kombinasi Autobiografi dan Psikoterapi yang Unik
Frankl berhasil menggabungkan kisah nyata dan teori psikologi dalam satu buku secara seimbang. Hal ini membuat Man’s Search for Meaning menarik baik sebagai bacaan pengembangan diri maupun literatur akademik.
Kelebihan Buku Man’s Search for Meaning
- Ditulis dengan gaya sederhana berupa pengalaman yang dialami langsung oleh Frank, mudah dipahami, dan menyentuh hati.
- Menggabungkan kisah nyata dan teori psikologi secara seimbang.
- Memberikan pandangan hidup yang membangun tanpa menggurui.
Kekurangan Buku Man’s Search for Meaning
- Beberapa istilah psikologi mungkin terasa berat bagi pembaca awam seperti saya
- Kisah tentang kamp konsentrasi bisa memunculkan emosi yang cukup intens bagi beberapa kalangan
- Terakhir, mengingat buku ini adalah hasil terjemahan, bagi saya, pengalaman membacanya terasa agak berbeda dibandingkan jika membaca buku dalam bahasa asli yang saya kuasai (bahasa Indonesia).
- Proses alih bahasa atau transfer makna dari bahasa asal ke bahasa terjemahan di beberapa bagian terasa tidak sepenuhnya lancar atau natural atau apalah saya bingung juga membahasakannya, yang pada akhirnya memengaruhi kenyamanan atau pemahaman saya secara utuh saat membaca.
Kenapa Harus Membaca Buku Ini?
Ada
beberapa alasan kuat kenapa Man’s Search for Meaning masih relevan dan layak
dibaca hingga saat ini:
- Memperkaya Cara Pandang Terhadap Hidup
Frankl
mengajarkan bahwa manusia selalu memiliki pilihan untuk merespon apa pun yang
terjadi dalam hidupnya. Cara pandang ini bisa membantu kita sebagai pembaca menjalani hidup
dengan lebih positif dan bijak.
- Sebagai Literatur Psikologi Populer
Meski
berlatar psikologi, buku ini ditulis dengan gaya popular yang harusnya relevan
dengan beragam perubahan zaman. Jadi lumayan cocok bagi yang ingin mengenal teori
logoterapi tanpa harus membaca buku akademis tebal.
- Bahan Refleksi Diri
Membaca
buku ini, menurut saya pribadi bisa membuat kita merenungkan kembali tentang
apa makna hidup bagi diri sendiri, bagaimana cara kita menghadapi penderitaan,
dan apa yang sebenarnya membuat hidup layak dijalani.
Secara keseluruhan, menurut saya, Man’s Search for Meaning karya Viktor E. Frankl lebih dari sekedar buku yang menawarkan kisah di kamp konsentrasi atau sekedar buku pengantar logoterapi.
Lewat buku ini Frankl mengajarkan kita sebagai pembaca bahwa makna hidup tidak datang dari luar, melainkan diciptakan dari cara kita merespons keadaan.
Akhir Kata Jika kamu sedang mencari buku yang bisa memperkaya cara pandangmu terhadap hidup dan penderitaan, Man’s Search for Meaning rasa-rasanya wajib masuk daftar bacaan.
BACA JUGA: CARA MENGATUR KEUANGAN PRIBADI AGAR BISA INVESTASI
BACA JUGA: PENYEBAB DAN CARA MENGATASI KEPUTIHAN
BACA JUGA: DERETAN BODYCARE YANG PENTING DIMILIKI PEREMPUAN
Posting Komentar