Sudah Tahu? 5 Penulis dengan Karya Melegenda Ini Ternyata Kelahiran Sumatera Utara!

Table of Contents

 

Karya Penulis Legendaris Asal Sumatera Utara

Selain banyak menghasilkan penyanyi dan artis berbakat, Sumatera Utara juga punya banyak penulis dengan karya yang begitu melegenda. Jika Judika dan Rinni Wulandari dikenal dengan album dan single mereka yang hits, novel dan cerpen dari penulis-penulis ini bahkan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing. 

Inilah beberapa penulis legendaris Indonesia yang diketahui berasal dari Sumatera Utara. Siapa saja mereka?   

1. Sutan Takdir Alisjahbana (Natal, Tapanuli)

Karya-Karya Sutan Takdir Alisjahbana (Natal, Tapanuli)

Penulis novel Grotta Azzura ini lahir di Natal Tapanuli, Sumatra Utara pada 11 Februari 1908.  Sutan Takdir Alisjahbana meninggal 31 Juli 1993 dan dimakamkan di bukit sekitar. Ia meraih gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia (1979) dan gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Sastra dari Universiti Sains Malaysia (1987).

Beberapa karyanya seperti novel Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian yang Tak Kunjung Padam (1932), Layar Terkembang (1937), Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940), Kisah Cinta dan Cita (1970) dan Kalah dan Menang (1978). Ketua Akademi Jakarta pertama ini tercatat juga pernah mendapat anugerah dari Kaisar Jepang The Order of Sacred Treasure, Gold and Scheer untuk novel Kalah dan Menang.

2. Chairil Anwar (Medan)

Karya Karya Chairil Anwar (Medan)

Chairil Anwar lahir di Medan pada 22 Juli 1922 dan mulai menulis sejak tahun 1942 dengan mencipta sebuah sajak berjudul Nisan. Hingga akhir hayatnya, seluruh karya Chairil diakui dan dianggap sebagai sambal pedas yang menikmatkan. 

Sajak-sajak Chairil Anwar yang terkenal seperti Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus (1949) hingga Aku Ini Binatang Jalang (1986). Sajak-sajak lainnya pun diterjemahkan dalam banyak bahasa asing seperti Belanda, Inggris dan Prancis.

3. Hamsad Rangkuti (Medan)

Karya-Karya Hamsad Rangkuti (Medan)

Hamsad Rangkuti lahir di Titikuning, Medan pada 7 Mei 1943. Hamsad yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara ini tidak hanya menulis cerpen, tetapi juga menulis novel dan cerita anak-anak. Karya-karya Hamsad begitu diakui dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing bahkan disinetronkan.

Beberapa karyanya seperti cerpen berjudul Lukisan Perkawinan dan Salam Lebaran. Kumpulan cerpen dengan judul Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu merupakan cerpen yang amat memukau banyak kalangan dan tahun 2008 Hamsad menerima penghargaan SEA Write Award 2008 mewakili Indonesia.

4. Iwan Simatupang (Sibolga)

Karya-Karya Iwan Simatupang (Sibolga)

Iwan Simatupang lahir di Sibolga, Sumatra Utara pada 18 Januari 1928.  Laki-laki bernama lengkap Iwan Martua Dongan Simatupang ini memperoleh beragam beasiswa ke Eropa. Iwan memperdalam ilmu antropologi di Leiden (1956), drama di Amsterdam (1957) dan ilmu filsafat di Paris (1958). Ia menulis empat novel yaitu Merahnya Merah (1968), Ziarah (1969), Kering (1969) dan Koong (1975).

Iwan meraih penghargaan Sastra Asia (SEA Write Award) dari Thailand atas novelnya yang berjudul Ziarah pada tahun 1977. Novel lainnya yang berjudul Merahnya Merah mendapat hadiah sastra Nasional (1970). Selain itu novel Ziarah (The Pilgrim, 1975) dan Kering (Drought,1978) juga diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris. Iwan meninggal dunia tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta.

5. Sanusi Pane (Muara Sipongi Tapanuli)

Karya-Karya Sanusi Pane (Muara Sipongi Tapanuli)

Sanusi Pane dilahirkan di Muara Sipongi, Tapanuli, Sumatera Utara pada 14 Mei 1905. Sanusi meninggal di Jakarta tanggal 2 Juni 1968.  Semasa hidupnya ia sempat memimpin Perguruan Rakyat di Jakarta dan aktif dalam berbagai kegiatan jurnalistik dengan menjadi Pemimpin pada Harian Kebangunan. Sanusi juga sempat menjadi kepala pengarang pada Sidang Pengarang Balai Pustaka.

Sanusi mempunyai minat serius terhadap penulisan sejarah nasional Indonesia dan ia membuktikan keseriusannya dengan menulis buku berjudul Indonesia Sepanjang Masa (1952) yang merupakan kritik terhadap cara penulisan sejarah Indonesia saat itu. Karya-karya Sanusi Pane yang terkenal diantaranya, Pancaran Cinta (1926) Puspa Mega (1927), Airlangga (1928), Madah Kelana (1931) dan Manusia Baru (1940).

Karya siapa nih yang paling kamu suka?

BACA JUGA: DASAR HUKUM PERDATA LENGKAP 

BACA JUGA: REVIEW BUKU BICARA ITU ADA SENINYA

BACA JUGA: CARA MENGATUR KEUANGAN PRIBADI AGAR BISA INVESTASI

 

 

Posting Komentar