Dee Lestari dan Penulis Indonesia Lain yang Lahir di Bulan Januari
Januari adalah bulan pertama dalam kalender Masehi. Januari begitu istimewa karena punya 31 hari dengan beragam peristiwa penting. Mulai dari peringatan Hari Gizi (25 Januari) hingga peringatan Hari Kusta Internasional (25 Januari).
Januari juga menjadi bulan dimana puncak tertinggi di dunia yakni Puncak Everest ditemukan (17 Januari 1841) oleh seorang pendaki asal Inggris bernama Sir George Everest.
Januari menjadi kian istimewa karena beberapa penulis kenamaan Indonesia lahir di bulan ini. Penulis-penulis ini karyanya begitu memukau dan diterima dengan hangat oleh masyarakat.
Lima Penulis Indonesia Lahir di Bulan Januari
Siapa Saja Mereka?
1. Dewi Lestari (20 Januari 1976)
Dewi Lestari Simangunsong atau lebih akrab disapa Dee Lestari lahir di Bandung 20 Januari 1976. Selain dikenal sebagai penulis, Dee juga seorang pencipta lagu sekaligus penyanyi. Namanya melambung setelah bergabung dengan grup Trio Rida Sita Dewi pada tahun 1990-an.
Satu Bintang di Langit Kelam menjadi salah satu lagu hits mereka. Saat usianya 30 tahun, Dee merilis album solo perdananyaya yang bertajuk Out of Shell dengan single Simply. Selang dua tahun, ia mengeluarkan album Rectoverso dengan single Malaikat Juga Tahu, Peluk (duet bersama Aqi Alexa) dan Aku Ada (duet bersama Arina Mocca).
Alumni Universitas Parahyangan jurusan Hubungan Internasional ini ternyata memiliki kemampuan menulis sejak kecil. Sepanjang 19 tahun karirnya sebagai penulis hingga terkenal sebagai novelis handal seperti sekarang, banyak karya Dee yang telah difilmkan.
Mulai dari Filosofi Kopi, Perahu Kertas, dan Rectoverso. Beberapa novel Dee Lestari yang terkenal seperti Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001), Supernova 2: Akar (2002), Supernova 3: Petir (2004), Supernova 4: Partikel (2012), Supernova 5: Gelombang (2014), Supernova 6: Inteligensi Embun Pagi (2016), Aroma Karsa (2018), Perahu Kertas (2009) dan lainnya.
2. Djenar Maesa Ayu (14 Januari 1973)
Djenar Maesa Ayu merupakan penulis perempuan yang karyanya banyak mendobrak tabu. Meski bagi sebagian kalangan sering dinilai kelewat vulgar namun karya-karya Djenar cukup diperhitungkan. Karya perempuan kelahiran Jakarta, 14 Januari 1973 dinilai mencerahkan meski selalu disertai kontroversi.
Buku pertama Djenar berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! berhasil di cetak ulang hingga delapan kali dan masuk dalam nominasi 10 besar buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003. Buku kedua Djenar yang berjudul Jangan Main-Main dengan Kelaminmu juga meraih kesuksesan serupa. Bahkan berhasil cetak ulang untuk kedua kalinya hanya berselang dua hari setelah buku diluncurkan (Februari 2005).
Kumpulan cerpen Djenar pun tak kalah suksesnya sebab Cerpen dengan judul Waktu Nayla berhasil menyabet predikat Cerpen Terbaik Kompas 2003. Sementara cerpen berjudul Menyusu Ayah berhasil menjadi Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Suckling Father oleh Richard Oh.
Djenar pernah menerima penghargaan sebagai Pemeran Pembantu Wanita Terpuji Festival Film Bandung 2017. Karya Djenar yang lainnya seperti novel berjudul Naila (2005), Ranjang (2008) hingga kumpulan cerpen berjudul Cerita Pendek tentang Cerita yang Pendek (2006) dan lainnya.
Posting Komentar